The Boeing Company – Part 2

Apa saja knowledge yang penting bagi perusahaan, dan apa dasar menentukan hal tersebut sebagai knowledge yang penting.

Pada tahun 1988, CEO Boeing Frank Shrontz mencari cara untuk meningkatkan kemampuan Boeing 767 agar dapat bersaing dengan Airbus. Airbus baru saja meluncurkan dua jenis pesawat 300 tempat duduk, A330 dua mesin dan A340 empat mesin. Boeing tidak memiliki pesawat jet 300 tempat duduk dalam pelayanan, juga tidak ada rencana perusahaan untuk mengembangkan pesawat jet seperti itu.

Untuk mengetahui apakah pelanggan Boeing tertarik dengan 767 double-decker, Philip Condit, bertemu dengan Wakil Presiden United Airlines Jim Guyette. Guyette menolak ide tersebut, dan mengklaim bahwa upgrade 767 tidak cocok untuk menandingi model baru Airbus.

Sebaliknya, Guyette mendesak Boeing untuk mengembangkan merek jet komersial baru, pesawat paling canggih dari generasi tersebut. Shrontz pernah mendengar saran yang serupa dari maskapai penerbangan lain. Dia dipertimbangkan kembali pilihan Boeing, dan memutuskan untuk meninggalkan ide 767 dan mendukung program pesawat baru. Pada bulan Desember 1989, ia mengumumkan proyek 777 dan menempatkan Philip Condit bertanggung jawab atas yang manajemen proyek tersebut. Boeing mendapat knowledge dari pihak luar bahwa mereka (Boeing) harus segera membuat pesawat baru agar dapat bersaing dengan Airbus. Knowledge dari luar penting bagi perusahaan agar mengetahui keinginan konsumen.

Konstruksi pesawat mendapat manfaat dari kemajuan dalam aplikasi material dan elektronik.

Pengembangan material komposit logam dan non logam memainkan kunci meningkatkan peran dalam badan pesawat dan kinerja mesin. Di satu sisi, komposit bahan yang ringan gabungan dan kekuatan besar yang digunakan oleh produsen pesawat, ditambah penggunaan material tahan panas yang dapat mentolerir suhu hingga 3.000 derajat digunakan oleh pembuat mesin. Meningkatnya penggunaan semikonduktor oleh produsen pesawat memfasilitasi miniaturisasi instrumen kokpit, hal ini akan meningkatkan penggunaan komputer untuk komunikasi pesawat, navigasi, instrumentasi, dan testing. Selain itu penggunaan komputer memberikan kontribusi, untuk desain, manufaktur, dan perakitan pesawat model baru. Dalam pembangunan pesawat harus selalu mengikuti perkembangan teknologi. Penggunaan komputer dapat mempermudah pembangunan pesawat.

Apakah ada aspek pengaruh lintas budaya di perusahaan dan bagaimana dengan transfer knowledge lintas budaya ini dilakukan atau diatasi permasalahannya.

Boeing mempunyai beberapa masalah didalam perusahaan. Contohnya bagaimana merealisasikan bermacam-macam ide karyawan menjadi sesuatu yang nyata. Cara yang tepat untuk mengatasinya adalah dengan berinteraksi. Beberapa karyawan harus belajar berinteraksi yang baik dan menyampaikan pendapat mereka dengan jelas, sehigga apa yang mereka sampaikan mudah dimengerti orang lain. Masalah yang lainnya yaitu bekerja dalam tim. Ada karyawan yang tidak bisa fokus bekerja dalam satu tim, sehingga harus dipindahkan. Sedangkan ada beberapa karyawan yang berani untuk mengemukakan ide-ide mereka, tetapi langsung terpuruk jika management tidak menerima ide-ide mereka tersebut. Masih ada lagi beberapa masalah yang terjadi. Boeing menerapkan satu cara untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu meeting rutin. Manager masingmasing bagian akan selalu mengadakan meeting rutin untuk mendiskusikan masalah-masalah dan ideide karyawan. Meeting rutin tersebut akan terus dilakukan berulang-ulang sampai mereka menemukan solusi untuk permasalahan mereka, dan tentu saja solusi tersebut harus disetujui juga oleh pihak manajemen boeing. Dengan berbagi knowledge antar karyawan dapat membantu perusahaan sehingga berhasil dalam proyek-proyek Boeing.

This entry was posted in Tugas Kelompok Knowledge Management. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *